PROPOSAL TUGAS METODE PENELITIAN
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT PADA PT PANCA FORTIS MITRA LESTARI
Oleh
:
RIZKI DARMAWAN (39414615)
FITRYANA WIDIYAWATI (34414353)
SYAMSUL HUDHA (3A414594)
ARI NURZEHA (31414546)
HIDAYATUL RAHMAN (34414981)
NICKO MAS MERDEKA (37414728)
DEDE RADIMAN (32414618)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA 2016
BEKASI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT PADA PT PANCA FORTIS MITRA LESTARI
PROPOSAL TUGAS METODE PENELITIAN
Sebagai
Salah Satu Syarat Penilaian Mata Kuliah Metode Penelitian Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Oleh
:
Rizki Darmawan (39414615), Fitryana Widiyawati
(34414353), Syamsul Hudha (3A414594), Ari Nurzeha (31414546), Hidayatul Rahman
(34414981), Nicko Mas Merdeka (37414728), dan Dede Radiman (32414618)
Disetujui,
Bekasi, November 2016
Irwan Santoso
Dosen Pengajar Mata Kuliah Metode Penelitian
I.
JUDUL
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT PADA PT PANCA FORTIS MITRA LESTARI
II.
PERSONALIA
2.1.
Pelaksana
:
Rizki Darmawan (39414615), Fitryana Widiyawati
(34414353), Syamsul Hudha (3A414594), Ari Nurzeha (31414546), Hidayatul Rahman
(34414981), Nicko Mas Merdeka (37414728), dan Dede Radiman (32414618)
Mahasiswa semester V pada Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarama
2.2.
Pembimbing
:
Irwan
Santoso
Dosen Pengajar Mata Kuliah Metode Penelitian
III.
LATAR
BELAKANG
Persaingan dunia usaha menjadi semakin ketat sehingga menuntut kepiawaian
manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas
dunia usaha. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat
produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk, namun
lebih pada kualitas produk tersebut, kenyamanan, kemudahan serta ketepatan dan
kecepatan waktu dalam pencapaiannya.
Faktor utama yang menentukan performansi suatu perusahaan adalah kualitas
suatu produk yang dihasilkan. Sedangkan, kualitas itu sendiri adalah
keseluruhan ciri atau karakteristik produk dalam tujuannya memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan. Produk yang berkualitas adalah produk yang sesuai dengan apa
yang diinginkan konsumennya.
Produk
adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Perusahaan harus menjaga konsistensi kualitas produk untuk menjamin kelancaran
usahanya, juga sebagai wujud dari antisipasi persaingan dan upaya pemuasan
kebutuhan pelanggan. Untuk menjaga
konsistensi kualitas dari suatu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan
kebutuhan pasar yang serba hiperkompetitif ini diperlukan adanya suatu kegiatan
peningkatan kualitas.
Peningkatan kualitas merupakan suatu aktivitas teknik dan manajemen
dengan cara mengukur karakteristik kualitas dari suatu produk, kemudian
membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan
oleh pelanggan. Metode Quality Function Deployment adalah metode perencanaan dan pengembangan secara
terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan
dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara
sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut. Uraian diatas
menjelaskan bahwa metode QFD merupakan cara untuk peningkatan kualitas.
Perkembangan yang semakin pesat itu, maka sebagai seorang mahasiswa harus
bisa beradaptasi terhadap perkembangan tersebut, karena itu dengan adanya penelitian
ini dapat menjadi pengalaman yang berharga. Karena mahasiswa dapat terjun
langsung ke lapangan untuk mengetahui aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
didapat dari pendidikan formal. Keberadaan mahasiswa dapat juga membantu
perusahaan menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan dalam dengan
bidang dan kemampuan mahasiswa.
IV.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara peningkatan
kualitas produk berupa Kasur yang di produksi oleh PT
PANCA FORTIS MITRA LESTARI dengan menggunakan metode Quality Function Deployment
V.
PEMBATASAN
MASALAH
Menyadari akan adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan, maka di sini perlu diadakan batasan masalah
yang akan dibuat secara jelas, mudah dimengerti dan terperinci, sebagai
berikut:
1. Penelitian dilakukan pada PT PANCA
FORTIS MITRA LESTARI perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Setu No 96 RT
01/08, Tanjung Bekasi. Perusahaan yang di pimpin oleh Pak Chandra dan bergerak
di bidang produksi Kasur.
2.
Penelitian akan dilakukan pada Desember
2016
3. Jenis
pertanyaan kuesioner yang dipakai adalah pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
4. Kuesioner
diberikan kepada 30 responden yang telah di tetapkan standarisasinya.
5. Metode QFD
yang dilakukan hanya sampai pembuatan HOQ 1
VI.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui
gambaran perusahaan PT PANCA FORTIS MITRA LESTARI dan produk
yang di hasilkan.
2. Mengetahui
Identifikasi kebutuhan pelanggan untuk produk kasur, dengan menggunakan
kuesioner
3. Mengetahui
solusi (perbaikan kualitas produk), berupa karakteristik teknis dari produk
yang akan dibuat menggunakan merode QFD, dan melakukan analisis hasil
4. Mengetahui
manfaat atau efek dari penerapan metode QFD
VII.
KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan Penelitian secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
menerapkan hasil studi dan perbandingan antara teori yang diterima dan
dipelajari dengan realitas lingkungan kerja.
2. Diharapkan
Laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca yang ingin
mengetahui tentang peningkatan kualitas produk.
3.
Sebagai bahan
perbandingan dan pertimbangan bagi PT PANCA FORTIS MITRA
LESTA
Kegunaan Penelitian secara khusus adalah sebagai
berikut:
1.
Dapat
mengetahui proses produksi Kasur
2. Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam bidang peningkatan mutu pada PT
PANCA FORTIS MITRA LESTA
3. Sebagai
pengalaman kerja bagi penulis dan ingin mengetahui keadaan kerja yang
sesungguhnya.
VIII.
TINJAUAN PUSTAKA
8.1.
Pengertian Quality Function
Deployment
Pengertian Quality
Function Deployment Quality Function Deployment (QFD) adalah metode perencanaan
dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan
mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi
kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan tersebut (Ariani, 2002).
Menurut Subagyo dalam
Marimin 2004, Quality Function Deployment adalah suatu cara untuk meningkatkan
kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu
menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa
ditiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan.
QFD didefinisikan
sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan
pelanggan dan menerjemahkann kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis
yang relevan, di mana masing-masing area fungsional dan tingkat organisasi
dapat mengerti dan bertindak. Ia mencakup juga pemantauan dan pengendalian yang
tepat dari proses manufacturing menuju sasaran (Gaspersz, 1997).
QFD digunakan untuk
memperbaiki pemahaman tentang pelanggan dan untuk mengembangkan produk, jasa
serta proses dengan cara yang lebih berorientasi kepada pelanggan (Rampersad,
2006).
8.2.
Tahapan Quality Function Deployment
Pembuatan QFD perlu
meperhatikan beberapa tahapan. Adapun tahapan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
8.2.1.
Tahap Perencanaan dan Persiapan Quality
Function Deployment
Tahap ini merupakan
persiapan dalam melakukan dan mengimplementasikan QFD. Pertama kali yang harus
dilakukan dalam persiapan QFD yaitu menetapkan dukungan dari seluruh
organisasi: Dukungan ini haruslah berasal dari pihak manajemen, fungsional,
serta anggota team QFD yang terdiri dari berbagai skill.
Menentukan keuntungan
yang mungkin didapat: beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh tim QFD
antara lain untuk: mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan
visi anggota tim secara umum dari suatu produk, mendokumentasikan seluruh
keputusan dan asumsi-asumsi selama interpretasi secara ringkas dalam bentuk
home of quality, meminimalkan resiko pengulangan di tengah proyek, dan
mempercepat perancangan produk.
Memutuskan siapa
konsumennya: Disini didefinisikan secara jelas siapa konsumennya,
mengidentifikasi semua konsumen yang potensial, serta mengidentifikasi konsumen
kunci. Untuk mengidentifikasi konsumen kunci ada beberapa cara: Setiap orang
langsung setuju, Metode matrik prioritas, Metode AHP
Menetapkan horizon
waktu: Horison waktu perlu didefinisikan secara jelas dalam proses QFD untuk
membantu menjaga perencanaan yang realistis. Memutuskan cakupan produk: Cakupan
ini berguna untuk mendefinisikan apa-apa saja yang ada di dalam dan apa saja
yang tidak ada dalam pembahasan QFD. Dengan adanya cakupan ini akan membantu
anggota team untuk mengabaikan data yang tidak relevan dan memperhatikan semua
ide-ide dan data yang relevan.
Memutuskan team dan
hubungannya dengan organisasi: Team QFD yang ideal seharusnya mencakup semua
perwakilan dari semua fungsi yang ada dalam perusahaan yang meliputi
sales&marketing, product design, supplier/purchasing, manufacturing
engineering, manufacturing production, order processing dan service. Hal ini
penting untuk kesuksesan dalam perancangan produk karena semua fungsi terlibat
didalamnya.
Membuat jadwal
pelatihan QFD. Melengkapi fasilitas dan materialnya: Selama melakukan proses
QFD diperlukan beberapa fasilitas dan material yang akan mendukungnya yang
meliputi: Lokasi, ruangan, bantuan komputer, dan material pendukung yang lain.
8.2.3.
Tahap Pengumpulan Voice Of Customer
Pada tahap ini akan
dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu membutuhkan waktu
dan ketrampilan untuk mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang
ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk atau jasa. Tiap atribut
mempunyai data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi
konsumen dan tingkat performansi kepuasan konsumen dari produk yang dibuat
berdasarkan atribut tadi.
Pengumpulan Voice Of Customer biasanya dengan cara
menyebarkan keusioner kepada konsumen dengan harapan produk yang dihasilkan
sesuai dengan keinginan konsumen. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan
informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh
oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Menggunakan
kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain
itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang
diekspresikan dalam suatu wawancara. (Renny, 2012)
Penggunaan kuesioner
tepat bila responden (orang yang merenpon atau menjawab pertanyaan) saling
berjauhan, melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila
mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak
menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan, melakukan studi untuk
mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem
diberi petunjuk, ingin yakin bahwa masalah dalam sistem yang ada bisa
diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut. (Renny, 2012)
Perbedaaan pertanyaan
dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah dalam wawancara
memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan dan artinya, dalam wawancara
analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan
istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus pertanyaan, memberi respon
terhadap pandangan yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan
konteksnya. Beberapa diantara peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner.
Jadi bagi penganalisis pertanyaan harus jelas, arus pertanyaan masuk akal,
pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan
secara mendetail. (Renny, 2012)
Berdasarkan
pertanyaannya kuesioner dibagi menjadi 2 yaitu kuesioner terbuka dan tertutup.
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memiliki pertanyaan yang memberi
pilihan-pilihan respons terbuka kepada responden. Pertanyaan pada kuesioner
terbuka hindarilah jenis respon yang muncul. Respon yang diterima harus tetap
bisa diterjemahkan dengan benar. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang
memiliki pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan respon yang tersedia
bagi responden. (Hendri, 2009)
Petunjuk yang harus
diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner adalah gunakan bahasa responden
kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kalimatnya tetap sederhana, bekerja dengan
lebih spesifik lebih baik daripada ketidakjelasan dalam pilihan kata. Hindari
menggunakan pertanyaan spesifik, pertanyaan harus singkat, jangan memihak
responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah,
hindari bias dalam pilihan kata. Hindari juga bias dalam pertanyaan yang
menyulitkan, berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang
yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak, pastikan bahwa
pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum menggunakannya, gunakan
perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi
responden. (Hendri, 2009)
Skala adalah proses
menetapkan nomor atau simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang
bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan
penganalisis sistem mendesain skala adalah untuk mengukur sikap atau
karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner dan agar respoden memilih
subjek kuesioner. (Hendri, 2009)
Ada empat bentuk skala
pengukuran, yaitu nominal, ordinal, interval, rasio. Nominal adalah skala
nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan
bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya
untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Skala ordinal sama
dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya
adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat
berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. Skala
interval memiliki karakteristik dimana interval pada nomor adalah sama. Berkaitan
dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data
kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. Skala rasio
hampis sama dengan skala interval dalam arti interval di antara nomor
diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling
jarang digunakan. (Hendri, 2009)
Data dari konsumen
dapat menunjukkan variasi pola hubungan yang mungkin tergantung bagaimana
performansi kepuasan atribut dikumpulkan. Interpretasi data ini harus
memperhitungkan apakah pelanggan yang di-survey menggunakan satu atau beberapa
produk dan apakah sampel pelanggan terdiri atas seluruh pelanggan dari berbagai
tipe atau segmen. Langkah-langkah pada tahap ini secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Mengklasifikasi
kebutuhan pelanggan: model klien menggunakan revealed importance dan stated
importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4
katagori: kebutuhan yang diharapkan (expected needs): High stated importance
dan Low revealed importance, kebutuhan impact rendah (low-impat needs): Low
stated importance dan Low revealed importance, kebutuhan impact tinggi
(high-impact needs): High stated importance dan High revealed importance,
kebutuhan yang tersembunyi (hidden needs): Low stated importance dan High
revealed importance.
8.2.4.
Mengumpulkan Data Kualitatif
Untuk membuat keputusan
perancangan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka perusahaan harus
mengerti kebutuhan sesungguhnya dari konsumen. Perusahaan harus bisa membedakan
kebutuhan konsumen sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Untuk megumpulkan data
kualitatif bisa dilakukan dengan: wawancara satu persatu, contexual Inquiry,
dan wawancara focus grup.
Perusahaan harus
menetapkan spesifikasi produk yang akan dibuat untuk mengetahui produk tersebut
memiliki hubungan yang atau tidak dengan kebutuhan pelanggan. Spesifikasi
produk adalah berupa rincian-rincian atau uraian-uraian keterangan dari sebuah
barang/jasa.
Barang adalah suatu
sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk
bungkus, warna, nama perusahaan dan pengecer, jasa perusahaan dan pengecer,
yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Barang dibagi menjadi
dua jenis yaitu barang konsumi dan barang supermarket. Barang konsumsi adalah
barang yang dibeli oleh masyarakat untuk dipakai sendiri atau dikonsumsikan
sendiri guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Contoh barang misalnya:
makanan, minuman, pakaian, perabotan rumah tangga, alat tulis bahan kendaraan
bermotor. Pemasaran bgai produk semacam ini pada umumnya banyak mengandung
aspek nonteknisnya atau banyak mengandung aspek social budaya atau generic need, oleh karena itu pengusaha
harus banyak memberikan kandungan social budaya terhadap strategi pemasarannya
baik dalam produknya, harganya, distribusinya maupun promosinya. Barang
konsumen memiliki motif atau unsur emosional yang memainkan peranan dalam
pembelian barang tersebut.
Barang industri berbeda
dengan barang konsumsi, perbedaanya terletak pada tujuannya. Barang industri adalah produk
atau jasa yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi barang atau jasa
lainnya dalam operasi bisnis atau untuk dijual kembali kepada komsumen. Barang
industri antara lain: mesin, bahan material pabrik, atau bagian komponen yang akan
digunakan oleh industri pabrik.
8.2.5.
Analisa Data Pelanggan
Proses analisa data
pelanggan ini akan menghasilkan diagram afinitas, dimana langkahnya adalah
sebagai berikut: identifikasi frase yang mewakili kebutuhan konsumen dengan
menggunakan pernyataan dari pengalaman konkrit. Pada proses pembuatan diagram
afinitas pernyataan konkrit ini dikembangkan menjadi atribut konsumen pada
tingkat yang lebih tinggi. Pilih tingkatan untuk mewakili keinginan atau
kebutuhan konsumen dalam rumah kualitas (house of quality). Buat diagram
Afinitas. Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi
informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hierarkis (bottom
up). Mengurutkan frase-frase menjadi kebutuhan konsumen sesungguhnya (true customer
need) menggunakan voice of customer table. Selama proses ini dikembangkan
pertanyaan-pertanyaan, hal-hal yang harus dipecahkan dan ide-ide konsep produk.
8.2.6.
Kuantifikasi data
Setelah diagram
afinitas terbentuk maka langkah selanjutnya adalah mengkuantifikasi data. Data
yang dibutuhkan untuk proses QFD adalah: kepentingan relatif dari kebutuhan
tersebut dan tingkat performansi kepuasan konsumen untuk setiap kebutuhan/keinginan,
Proses benchmarking biasanya dilakukan untuk
mempermudah kuantifikasi data. Benchmarking
dapat diartikan sebagai “patok duga”, benchmarking
sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sisitematis dan terus
menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul. Benchmarking digunakan untuk menentukan proses yang akan diperbaki
secara berkesinambungan dan perubahan yang dibutuhkan. Faktor-faktor yang
mendorong perusahaan melakukan benchmarking, antara lain komitmen terhadap TQM,
fokus pada pelanggan, product-to-market
time, waktu siklus produksi dan laba. (Teddy Pawitra, 1994)
Tujuan utama benchmarking
adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dari perusahaan yang terbaik
dikelasnya, dan kemudian mengadaptasi serta memperbaikinya untuk diterapkan
pada perusahaan yang melaksanakan benchmarking tersebut, baik dibidang
manufaktur, pemasaran atau distribusi, dan pelayanan. Benchmarking tidak sekedar mengumpulkan data, melainkan yang lebih
penting adalah apa rahasia dibalik pencapaian kinerja yang terlihat dalam data
yang diperoleh. Pelaksanaan benchmarking
terhadap perusahaan kompetitif, azas-azas benchmarking
merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu perusahaan
yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara
lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik
terbaik dari perusahan lainnya. Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari
produk dan jasa, menjalar kearah proses, fungsi, kinerja organisasi, logistik,
dan pemasaran. Benchmarking juga
berwujud perbandingan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang
tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang terbaik dimanapun perusahaan itu
berada. Kegiatan benchmarking perlu keterlibatan dari semua pihak yang
berkepentingan, pemilihan yang tepat tentang apa yang akan di-
benchmarking-kan, pemahaman dari organisasi itu sendiri, pemilihan mitra yang
cocok, dan kemampuan untuk melaksanakan apa yang ditemukan dalam praktik
bisnis. (Teddy Pawitra, 1994)
Praktik benchmarking
di perusahaan terdapat berbagai perubahan dan manfaat yang akan dirasakan.
Secara umum manfaat tersebut adalah
perubahan budaya memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja
baru yang realisitis berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan
kredibilitas target. Manfaat lain adalah
perbaikan kinerja membantu perusahan mengetahui adanya gap-gap tertentu
dalam kinerja dan untuk memilih proses yang akan diperbaiki. Manfaat utama dari
benchmarking adalah peningkatan
kemampuan sumber daya manusia dengan memberikan dasar bagi pelatihan, karyawan
menyadari adanya gap antara yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan
karyawan lain diperusahaan lain, dan keterlibatan karyawan dalam memecahkan
permasalahan sehingga karyawan mengalami peningkatan kemampuan dan
keterampilan. (Ross,1994)
Evolusi konsep benchmarking
sebenarnya telah mengalami setidaknya lima generasi. Evolusi benchmarkin dimulai dari reverse
engineering dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteristik produk,
fungsi produk dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing. Evolusi
selanjutnya adalah competitive
benchmarking selain melakukan benchmarking
terhadap karakteristik produk, juga melakukan benchmarking terhadap proses yang memungkinkan produk yang
dihasilkan adalah produk unggul. Dilanjutkan dengan process benchmarking memiliki lingkup yang lebih luas dengan
anggapan dasar bahwa beberap proses bisnis perusahaan terkemuka yang sukses
memiliki kemiripan dengan perusahaan yang akan melakukan benchmarking.
Berkembang menjadi strategic benchmarking
merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengevaluasi alternatif,
implementasi strategi bisnis dan memperbaiki kinerja dengan memahami dan
mengadaptasi strategi yang telah berhasil dilakukan oleh mitra eksternal yang
telah berpartisipasi dalam aliansi bisnis. Membahas tentang hal-hal yang
berkitan dengan arah strategis jangka panjang. Tahap akhir dari evolusi adalah global benchmarking mencakup semua
generasi yang sebelumnya dengan tambahan bahwa cakupan geografisnya sudah
mengglobal dengan membandingkan terhadap mitra global maupun pesaing global.
(Watson,1994)
Benchmarking dalam
pelaksanaannya atau prakteknya dikenal empat jenis dasar. Jenis pertama adalah benchmarking Internal, pendekatan
dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal
lainnya dalam suatu organisasi, misal dibandingkan kinerja tiap divisi di
perusahaan, dilakukan antara departemen atau divisi atau cabang dalam satu
perusahaan atau antar perusahaan dalam satu group perusahaan. Jenis kedua
adalah benchmarking kompetitif,
pendekatan dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing,
misalnya membandingkan karakteristik produk dari produk yang sama yang
diliasilkan pesaing dalam pasar yang sama. Jenis ketiga adalah benchmarking fungsional, pendekatan
dengan diadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan lain yang
berada di berbagai industri, atau dengan kata lain dilakukan perbandngan dengan
perusahaan atau industri yang lebih luas dan pemimpin industri untuk banyak
fungsi yang sama. Jenis keempat adalah benchmarking
generik, pendekatan dengan diadakan perbandingan pada proses bisnis
fundamental yang cenderung sama di setiap industri, atau dengan kata
lainperbandingan fungsi-fungsi usaha atau proses yang sama dengan mengabaikan
jenis industri. (Hiam dan Schewe,1992)
Cara yang biasa digunakan dalam melakukan benchmarking dikenal
dengan 4 jenis cara. Cara pertama adalah riset
in-house yang dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap informasi
dalam perusahaan sendiri maupun informasi yang ada di masyarakat. Cara kedua
adalah riset dengan bantuan pihak ketiga yang ditempuh dengan jalan menggunakan
jasa pihak ketiga dalam pencarian data dan informasi yang sulit didapat. Cara
selanjutnya adalah pertukaran informasi secara langsung melalui kuesioner,
survei melalui telepon dan sebagainya dengan perusahaan yang dijadikan mitra
dalam benchmarking. Cara terakhir adalah dengan kunjungan langsung yang
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke lokasi mitra benchmarking untuk
saling tukar informasi. (Hiam dan Schewe,1992)
Perasyarat yang harus untuk melakukan benchmarking adalah dengan
memiliki kemauan dan komitmen,
keterkaitan tujuan strategic antar
perusahaan terkait, ketrampilan analisis proses, keterbukaan terhadap ide-ide,
dan jetrampilan riset, komunikasi, dan pembentukan tim. Point penting lainnya
yaitu dengan melakukan benchmarking perusahaan
harus memiliki mindset untuk memenuhi
tujuan menjadi terbaik, dan bukan hanya perbaikan. (Hiam dan Schewe,1992)
International benchmarking clearinghouse
memberikan kode etik yang harus diikuti dalam kegiatan benchmarking. Prinsip pertama adalah prinsip legalitas, diharuskan
masing-masing peserta benchmarking untuk menghindari tindakan yang dapat
menjadi penghambat kegiatan benchmarking,
maupun kegiatan paska operasi termasuk kegiatan perdagangan. Prinsip kedua
adalah prinsip pertukaran, perlu dilakukan diskusi antar perusahaan dan mitra benchmarking untuk menghindari salah
pengertian dan pemberian informasi yang sebanding. Prinsip ketiga adalah
prinsip kerahasiaan, setiap informasi yang diperoleh perusahaan dan benchmarking harus dijaga kerahasiaannya
dan tidak dibenarkan memberikan informasi kepada pihak lain tanpa persetujuan
dengan mitra benchmarking. Prinsip
keempat adalah prinsip penggunaan, informasi beberapa aspek yang diperoleh dan
mitra benchmarking digunakan sebagai
bahan perbaikan proses atau banyak aspek dalam perusahaan. Prinsip kelima
adalah prinsip kontak pihak pertama, kontak untuk minta bantuan kepada mitra benchmarking dilakukan melalui pimpinan
atau manajer utama yang berwenang untuk mengambil keputusan, dan kemudian
menghubungi bagian yang akan di-benchmarking.
Prinsip terakhir adalah prinsip kontak pihak ketiga, yaitu kepada pihak ketiga
tidak dibenarkan memberikan informasi mengenai siapa peserta benchmarking. (Watson,1994)
Beberapa hambatan yang sering terjadi terhadap kesuksesan
penerapan benchmarking sangat
berpengaruh. Hambatan tersebut adalah terlalu fokus internal, organisasi
terlalu berfokus internal dan mengabaikan kenyatan bahwa proses yang terbaik
dalam kelasnya dapat menghasilkan efisiensi yang jauh lebih tinggi, maka visi
organisasi menjadi sempit. Hambatan
selanjutnya adalah dengan menerapkan tujuan benchmarking
terlalu luas, benchmarking
membutuhkan tujuan yang lebih spesifik dan berorientasi pada bagaimana
(proses), bukan pada apa (hasil). Penjadwalan yang tidak realistis juga
merupakan hambatan, benchmarking
membutuhkan kesabaran, karena merupakan proses keterlibatan yang membutuhkan
waktu. Penjadwalan yang terlampau lama juga tidak baik, karena mungkin ada yang
salah dalam pelaksanaannnya. Pemilihan komposisi tim yang kurang tepat. Perlu
pelibatan terhadap orang-orang yang berhubungan dan menjalankan proses
organisasi sehari-hari dalam pelaksanaan benchmarking.
Hambatan selanjutnya adalah dengan bersedia menerima “ok-in-class” . Seringkali organisasi memilih mitra yang bukan
terbaik dalam kelasnya. Penekanan yang tidak tepat juga merupakan hambatan, tim
terlalu memaksakan aspek pengumpulan dan jumlah data. Aspek yang paling penting
adalah proses itu sendiri. Faktor kekurangpekaan terhadap mitra adalah
hambatan. Mitra benchmarking
memberikan akses untuk mengamati prosesnya dan juga menyediakan waktu dan
personil kuncinya untuk membantu proses benchmarking kepada organisasi sehingga
mereka harus dihormati dan dihargai
terakhir adalah dukungan manajemen puncak yang terbatas. Dukungan total
dari manajemen puncak dibutuhkan untuk memulai benchmarking, membantu tahap
persiapan dan menjamin tercapainya manfaat yang dijanjikan. (Watson,1994)
8.2.7.
Afinity Diagram
Dalam proses QFD,
kebutuhan/keinginan konsumen diatur dalam diagram afinitas. Diagram afinitas
digunakan untuk mengumpulkan dan mengorganisir fakta-fakta, opini dan ide-ide.
Disamping itu juga memacu kreativitas yang mendorong ekspresi batas dari fakta
dan opini serta kondisi perusahaan, mengelompokkan elemen-elemen informasi
tersebut sesuai dengan kesamaan dan pertaliannya. Konstruksi diagram afinitas
membutuhkan bentuk brainstorming dengan hasil sebuah grafik.
Langkah yang biasanya
dilakukan dalam pembuatan diagram afinitas adalah: memilih tema/tujuan yang
mungkin ditekankan sebagai masalah, mengumpulkan ide-ide (true customer needs)
dan memasukkannya kedalam kartu-kartu dan disosialisasikan kepada seluruh
anggota tim, mengelompokkan kartu-kartu ke suatu kotak berdasarkan kesesuaian
ide. Pada langkah ini mungkin saja suatu ide tidak hanya masuk kedalam suatu
kotak, tetapi juga masuk ke kotak-kotak lainnya tergantung tingkat kesesuaian
terhadap pengelompokkan ide, proses sorting, dimana melakukan sorting pada
langkah ketiga sehingga ide-ide benar-benar masuk pada kelompok yang sesuai,
membuat nama bagi pengelompokkan ide yang telah didapat yang mewakili
elemen-elemen pada suatu kelompok, melakukan leveling terhadap setiap kelompok
sehingga diperoleh level mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
8.2.8.
Tahap penyusunan home of quality
Menurut Cohen (1992)
tahap-tahap dalam menyusun rumah kualitas adalah sebagai berikut: tahap I
Matrik Kebutuhan Pelanggan, tahap ini meliputi: memutuskan siapa pelanggan,
mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen, menyusun
keinginan dan kebutuhan tersebut, dan pembuatan diagram afinitas
Tahap II Matrik
Perencanaan, tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan
dan menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan. Tahap III Respon Teknis,
pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang
bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Tahap IV Menentukan
Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen. Tahap ini menentukan seberapa
kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan pelanggan (tahap
1).
Tahap V Korelasi
Teknis, tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik
kualitas pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu
respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya
dalam proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.
Tahap IV Benchmarking dan
Penetapan Target, pada tahap ini perusahaan perlu menentukan respon teknis mana
yang ingin dikonsentrasikan dan bagaimana jika dibandingkan oleh produk sejenis
8.2.9.
Tahap analisa dan interpretasi
Tahap analisa dan
interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi quality function
deployment. Disini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap rumah kualitas
yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Dan bila dilanjutkan pada pembuatan
suatu produk/jasa, maka akan dapat dihasilkan produk/jasa yang mempunyai
karakteristik yang kuat dalam memenuhi keinginan konsumen. Berikut ini
merupakan bentuk dari house of quality secara umum:
Gambar 1. House of Quality
8.3.
Pengertian Kualitas
Kualitas
merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai
seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya, untuk mencapai
kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas.
Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar
yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan
terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas
produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga
penjualan produknya pun akan cenderung menurun, jika pemasar memperhatikan
kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen
tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler
dan Amstrong, 2008).
Kualitas
produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya
tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk. Kualitas mencerminkan semua
dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa barang
atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk yang
pertama adalah performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi
dasar dari sebuah produk (Tjiptono, 2008).
Dimensi
kualitas produk yang kedua yaitu durability
(daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti, semakin besar frekuensi
pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya produk,
selanjutnya yang ketiga yaitu conformance
to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu
dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk(Kotler, 2009).
Dimensi
kualitas produk yang keempat yaitu features
(fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk, selanjutnya yang
kelima yaitu reliability
(reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan
atau tidak dalam periode waktu tertentu, semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan (Kotler, 2009).
Dimensi
kualitas produk yang keenam adalah aesthetics
(estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk, selanjutnya perceived quality (kesan kualitas),
sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan
secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti
atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Dimensi kualitas
produk yang terakhir adalah serviceability,
meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan
keramahtamahan staf layanan (Kotler,2009).
8.4. Peningkatan
Kualitas
Peningkatan kualitas merupakan suatu aktivitas
teknik dan manajemen dengan cara mengukur karakteristik kualitas dari suatu
produk, kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk
yang diinginkan oleh pelanggan, serta mengambil tindakan yang tepat apabila
ditemukan perbedaan tingkat kinerja aktual dan standar. Berdasarkan uraian
diatas, Gasperzs (2003) mendefinisikan peningkatan kualitas sebagai suatu
metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta menentukan dan
menginterprestasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses
dalam suatu sistem industri, guna meningkatkan kualitas dari suatu produk untuk
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan (Vincent Gasperz, 2003).
IX.
METODOLOGI PENELITIAN
Flowchart
digunakan untuk menggambarkan bagaimana proses pembuatan proposal penelitian
dari awal sampai selesai. Berikut ini adalah flowchart penelitian mutu.
Gambar
2. Flowchart penelitian
Penjelasan
Flowchart:
Metodelogi penulisan pada penelitian terdapat
penjelasan-penjelasan metodelogi penulisan dari awal sampai akhir proses
membuat laporan penelitian secara berurutan yang dibuat di dalam flowchart.
Penjelasan metodelogi diawali dengan mulai yang berarti proses pertama atau
awal memulainya pembuatan laporan penelitian.
Tahapan awal yang dilakukan dalam penulisan
penelitian adalah dengan melakukan studi pendahuluan berupa studi pustaka dan
studi lapangan. Studi pendahuluan ini bermaksud untuk mencari referensi dari
berbagai sumber yang ada seperti buku, artikel di internet yang berkaitan
dengan QFD.
Identifikasi masalah adalah tahapan selanjutnya
dalam proses penulisan proposal penelitian. Identifikasi masalah berisi tentang
rumusan masalah yang paling banyak terjadi dalam usaha peningkatan mutu yang
dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini berfokus pada masalah-masalah yang
dapat mendukung perusahaan untuk meningkatan mutu produk di pasaran.
Tujuan penelitian berisi tentang tujuan dilakukannya
penelitian untuk mencapai target atau sasaran konsumen yang ingin dicapai. Tujuan utamanya yaitu adalah peningkatan mutu
produk sehingga eksistensi dapat stabil di pasaran.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui keingingan pelanggan yang
terbanyak yaitu pengumpulan data kuantitatif. Studi pustaka juga menjadi salah
satu cara mengumpulkan data dimana studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan
landasan-landasan teori dan konseptual dari bebrapa referensi seperti buku dan
artikel internet.
Data sesuai bermanfaat untuk menyeleksi data-data
terhadap data-data yang sudah terkumpul. Apabila data sesuai maka dapat
dilanjutkan ke tahap selanjutny, tetapi apabila data tidak sesuai maka
dilakukan pengumpulan data kembali.
Langkah selanjutnya adalah pengolahan data, pada
langkah ini dilakukan dengan dua cara yaitu pembuatan kuesioner dan matriks
HOQ. Pembuatan kuesioner dilakukan untuk mengetahui minat konsumen terhadap
produk yang akan ditingkatkan dan matriks HOQ dapat membantu kebutuhan konsumen
tersebut secara spesifik.
Pembuatan analisis dilakukan untuk melihat hasil
yang didapat dari pengolahan data yang ada. Analisa yang didapat bisa berupa
analisa hasil perbaikan.
Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dan saran
dari hasil yang sudah dilakukan pada langkah-langkah diatas. Kesimpulan
merupakan jawaban dari tujuan penulisan penelitian. Saran merupakan
usulan-usulan mengenai perbaikan tata cara penulisan laporan penelitian.
X.
TATA
LAKSANA
10.1.
Waktu
Kegiatan
Penelitian akan dilakukan pada tanggal 1 Desember – 28 Desember 2016
10.2.
Lokasi
Penelitian dilakukan
pada PT PANCA FORTIS MITRA LESTARI perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Setu
No 96 RT 01/08, Tanjung Bekasi. Perusahaan yang di pimpin oleh Pak Chandra dan
bergerak di bidang produksi Kasur.
XI.
RENCANA
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tabel
1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Desember
2016
|
|||
Minggu
|
Minggu
|
Minggu
|
Minggu
|
||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Persiapan ke lapangan,
pengenalan staff dan karyawan, serta pengenalan lingkungan usaha
|
ü
|
|
|
|
2
|
Mempelajari struktur
perusahaan
|
ü
|
|
|
|
3
|
Wawancara serta
konsultasi dengan pihak terkait
|
|
ü
|
|
|
4
|
Mengidentifikasikan
masalah-masalah yang terjadi tentang kualitas produk yang dihasilkan
|
|
ü
|
ü
|
|
No.
|
Kegiatan
|
Desember 2016
|
|||
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
||
5
|
Melakukan pendalaman
terhadap permasalahan dari kualitas produk yang dipilih dan melakukan
identifikasi kebutuhan pelanggan
|
|
ü
|
ü
|
|
6
|
Pengumpulan data-data
yang diperlukan dan Penyusunan kuesioner
|
|
ü
|
ü
|
|
7
|
Penyebaran kuesioner
|
|
|
ü
|
|
8
|
Mencari
solusi (perbaikan kualitas produk), berupa karakteristik teknis dari produk
menggunakan metode QFD
|
|
|
ü
|
ü
|
9
|
Melakukan analisa
hasil
|
|
|
|
ü
|